
Habib Ahmad mengaku kagum dengan atmosfer belajar di IDAQU yang menurutnya mampu menghadirkan ketenangan hati sekaligus semangat keilmuan yang tinggi. Ia menyebut bahwa suasana seperti ini adalah nikmat besar yang patut disyukuri, terutama di tengah dunia pendidikan modern yang kadang kehilangan ruh ketulusan dalam menuntut ilmu.
Dalam ceritanya, Habib Ahmad sempat membagikan pengalaman pribadinya ketika menimba ilmu di Damaskus, Suriah. Ia mengenang masa-masa sulit saat belajar di tengah kondisi perang, di mana suara ledakan dan ketegangan menjadi bagian dari keseharian. Meski situasi begitu berat, semangat mencari ilmu tidak pernah padam.
Melalui pengalaman itu, Habib Ahmad ingin mengingatkan mahasiswa IDAQU untuk tidak lupa bersyukur atas kondisi yang mereka miliki saat ini bisa belajar dalam suasana aman, damai, dan penuh dukungan dari para dosen serta lingkungan yang Qur’ani. Menurutnya, rasa syukur itulah yang akan membuka pintu keberkahan dalam proses menuntut ilmu.
Habib juga menekankan pentingnya menjaga adab dan niat dalam belajar. Menurut beliau, keberhasilan seorang penuntut ilmu tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan, tetapi juga oleh hati yang bersih dan rasa hormat kepada guru. Suasana kampus yang damai seperti di IDAQU, katanya, akan semakin bermakna jika diiringi dengan kesungguhan dan rasa syukur yang mendalam.
Kehadiran Habib Ahmad di tengah civitas akademika IDAQU menjadi momen yang sangat berkesan. Banyak mahasiswa merasa terinspirasi oleh kisah dan nasihat beliau yang sederhana namun menggetarkan hati. Pesan untuk terus bersyukur dan menjaga semangat menuntut ilmu di bawah naungan nilai-nilai Qur’ani menjadi penutup yang manis dari kunjungan penuh makna ini.