Scroll Top
19th Ave New York, NY 95822, USA

WTN 2025 : Wujud Ketekunan dan Cinta pada Seni Islami Membuat Wustuana Aisyah Mendapatkan Sanad

WTN Mahasiswa IDAQU 2025

Tangerang– 15 Juni 2025, Momen Wisuda Tahfizh Nasional (WTN) 2025 menjadi sangat berkesan bagi Wustuana Aisyah, mahasiswa Program Studi Manajemen Bisnis Syariah (MBS) angkatan ke-3 Institut Daarul Qur’an (IDAQU). Mahasiswi asal Samarinda, Kalimantan Timur ini bukan hanya berhasil mengikuti WTN, tetapi juga menjadi salah satu peserta yang mendapatkan sanad kaligrafi langsung dari Syekh Belaid Hamidi, kaligrafer internasional yang dikenal luas hingga ke luar negeri.

Mengikuti WTN 2025 adalah pengalaman yang sangat emosional bagi Aisyah. Ia mengaku tidak pernah menyangka akan bisa mengikuti ajang nasional bergengsi ini, apalagi mendapatkan sanad kaligrafi yang prosesnya sangat ketat dan penuh tantangan. “Alhamdulillah, saya sangat bersyukur. Rasanya campur aduk, haru, dan masih tidak percaya bisa ikut WTN tahun ini,” ujar Aisyah.

Perjalanannya dalam dunia kaligrafi dimulai bukan dari minat yang mendalam, tetapi justru dari rasa penasaran dan coba-coba. Namun siapa sangka, rasa penasaran itu berubah menjadi kecintaan. “Awalnya hanya iseng, lama-lama jadi nyaman dan terasa berbeda saat belajar kaligrafi. Apalagi belajar langsung dengan Syekh Belaid Hamidi, itu adalah kesempatan besar yang tidak semua orang dapatkan,” katanya.



Belajar kaligrafi, menurut Aisyah, adalah salah satu proses paling menantang yang pernah ia jalani. Setiap huruf memiliki tantangan tersendiri, dan tidak ada yang mudah di awal. “Kaligrafi melatih saya untuk sabar, teliti, dan konsisten. Semua huruf dalam khat itu menantang. Harus terbiasa, harus diulang-ulang, dan tidak bisa instan.”

Sanad kaligrafi, yang ia dapatkan dalam WTN 2025, menjadi tonggak penting dalam perjalanan keilmuannya. Sanad ini adalah bentuk pengakuan resmi dari guru atau ahli kaligrafi kepada muridnya, yang menandakan bahwa murid tersebut telah melewati proses belajar secara utuh dan dapat dipercaya untuk mengajarkan kembali ilmu tersebut. “Sanad ini bukan hanya izin untuk mengajar, tetapi juga bentuk tanggung jawab dan amanah. Perjalanan mendapatkannya sangat berat, terutama saat menyiapkan karya akhir untuk ijazah, karena harus benar-benar sempurna dan penuh kesungguhan.”

Kini, dengan sanad di tangan, Aisyah merasa semakin percaya diri untuk terus berkarya dan menyebarkan keindahan kaligrafi Islam. Ia yakin bahwa setiap goresan kaligrafi bukan hanya seni, tetapi juga ibadah. “Kaligrafi bisa menjadi pahala, baik bagi yang menulis maupun yang melihatnya,” ujarnya.

Aisyah berkomitmen untuk terus belajar sambil mengajar, serta menginspirasi mahasiswa lain agar tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan. “Jangan pernah merasa tidak bisa. Hadapi dan lalui semuanya dengan sabar. Kaligrafi bukan sekadar seni tulisan, tetapi cara kita melatih jiwa untuk tenang, sabar, dan istiqamah.”

Keberhasilan Aisyah meraih sanad kaligrafi ini menjadi bukti nyata bahwa mahasiswa IDAQU tidak hanya mengasah intelektualitas, tetapi juga memperdalam nilai spiritual dan seni Islam. Ia menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus berkarya dan menjaga warisan keislaman melalui pena dan ketekunan.

Related Posts