Kurikulum Al Qur’an
Tidak banyak Negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim menerapkan kurikulum Al Qur’an di jenjang Pendidikan Tinggi, ini dikarenakan pembelajaran Al Qur’an telah dilaksanakan mulai tingkat Sekolah Dasar sampai ke jenjang Sekolah Menengah Atas, seperti halnya di Negara-negara Arab, kurikulum Al Qur’an di kampus hanyalah diberlakukan di Universitas-Universitas Islam yang latarbelakangnya memiliki fakultas-fakultas Islami, seperti fakultas ushuluddin, syariah, dirasah islamiyah, lughah dan lain-lain.
Diantara universitas-universitas di dunia yang menerapkan kurikulum penuh menghafal Al Qur’an di semua fakultas yang ada yaitu Universitas Al-Azhar yang berada di Kairo – Mesir, kurikulum hafal Al Qur’an ini diwajibkan bagi semua fakultas yang ada dari mulai fakultas Islami, science, tekhnik, ekonomi sampai kedokteran, tidak heran kalau seandainya alumni-alumni Al-Azhar University meskipun ia seorang insinyur namun ia adalah hafizh Al-Qur’an, seorang dokter adalah hafizh Qur’an, seorang usahawan adalah hafizh Qur’an dan Seorang pengacara adalah hafizh Qur’an. Adapun target bagi mahasiswa Arab selama 8 semester 30 juz sedangkan untuk mahasiwa non Arab adalah 8 juz sampai selesai perkuliahan.
Penerapan kurikulum tahfizh Al Qur’an di beberapa universitas di Negara Arab merupakan mata kuliah yang menjadi penentu kelulusan, bahkan tidak sedikit dari mahasiswa yang gagal dalam mata kuliah tersebut dan terpaksa harus mengulang, kebanyakan mahasiswa di Arab yang belum menghafal Al Qur’an mengatakan bahwasanya mata kuliah tersulit adalah Al Qur’an karena Al Qur’an tidak boleh salah titik, salah huruf dan tidak boleh dikarang-karang.
Kurikulum Al Qur’an di Perguruan Tinggi di Indonesia
Di Indonesia sendiri hari ini, sudah banyak bermunculan kampus-kampus yang mulai mendukung program tahfizh Al Qur’an bahkan tidak sedikit dari kampus-kampus ternama yang memberikan beasiswa bagi yang menghafal Al Qur’an seperti UIN Maulana Malik Ibrahim di Malang, Institut Pertanian Bogor dan Universitas-Universitas lainnya. Namun kampus-kampus ini tidak ada pembelajaran Al Qur’an secara khusus dan bahkan masuk ke dalam mata kuliah perkuliahan hanya sebagai syarat lulus beasiswa.
Institut Daarul Qur’an (IDAQU) yang berpusat di Cipondoh Makmur Kota Tangerang hadir sebagai salah satu kampus yang berdiri dengan mengutamakan program tahfizh Al Qur’an bagi mahasiswa-mahasiwanya, bahkan diawal perkuliahan mereka diwajibkan untuk mengikuti program tahfizh intensif selama 6 bulan pertama dan ini merupakan ciri khas kampus. Hal ini dilakukan sebagai adopsi dari program tahfizh intensif di jenjang SMP Pesantren Tahfizh Daarul Quran.
Kurikulum Al Qur’an di Institut Daarul Qur’an
Kenapa menghafal Al Quran di Institut Daarul Quran ? karena Institut Daarul Qur’an berdiri sebagai penyempurna jenjang pendidikan yang ada di pesantren yang mewajibkan santrinya selesai dengan mendapat predikat Al Hafizh, Di Institut Daarul Qur’an sendiri di semester pertama meraka akan ada mata kuliah ilmu tahsin dan tajwid Al Qur’an yang diajarkan oleh pengajar-pengajar yang bersanad dari masyaikh, dan di semester-semester berikutnya juga mereka akan mendapati mata kuliah tahfizh 1 dan tahfizh 2, dan ini adalah mata kuliah wajib yang harus diikuti mahasiwanya bahkan mereka tidak boleh ikut wisuda sebelum mengikuti program intensif. Adapun target yang diinginkan kampus adalah selesai sarjana di semua jurusan sudah hafal 4 juz.
Institut Daarul Qur’an (IDAQU) juga memiliki program sanad Al Qur’an yang langsung diajarkan oleh murid syeikh ternama syeik Haymansuwaid, yaitu Prof. Dr. Zaid Al Ghaily, syekh Abdullah Asy-Syajarah, syeikh Salim Somlah, syekh Abdurrahman semuanya berasal dari yaman, dan syekh Ahmad Al Kannash yang memiliki sanad Qiraah ‘asyrah yang berasal dari negeri Syams. Kesemuanya adalah asatidz-asatidz Daarul Qur’an yang dating untuk berkhidmat mengajari Al Qur’an kepada santri-santri dan mahasiwa-mahasiwa sesuai dengan bacaan Rasululullah sahallallahu ‘alaihiwasallam.
Tidak hanya program tahfizh sanad, di awal-awal penyeleksian mahasiswa baru meraka juga akan diklasifikasi menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan pencapaian dan kemampuan bacaan Al-Qur’annya, tingkatan ini diawali tingkatan tahsin (belajar mengenal huruf, tajwid dan fasahah bagi pemula), mutawassith (pertengahan) dan tingkatan mahir (ahli), setelah mahir baru mereka akan masuk ke kelas sanad Al Qur’an. Inilah yang membedakan kuliah di IDAQU dengan di Universitas-Universitas Islam lainnya.
Semoga kita terus semangat menghafal Al Qur’an, agar kita menjadi keluarganya Allah di dunia dan akhirat, mau ngafal Qur’an, mau jadi pendidik, entrepreneur, dan pemimpin yang hafizh? IDAQU tempatnya. Ayo ngafal sambil kuliah di Institut Daarul quran (kampus milenial berkarakter qurani)
Ditulis oleh Zikran Amnar bin Muthalib, Lc., M.A selaku Wakil Rektor I Institut Daarul Qur’an.