Scroll Top
19th Ave New York, NY 95822, USA
Antara Dilema dan Tantangan, menjadi Guru di Tengah Pandemi
Custom Excerpt

Ditulis oleh Feny Nida Fitriyani, M.Pd selaku Dosen Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Institut Daarul Qur’an.

Ingatkah kita tentang cerita mengenai Kaisar Hirohito saat Jepang terpuruk dengan hancurnya kota Nagasaki dan Hiroshima oleh bom Amerika?. Saat itu Jepang lumpuh total, korban meninggal sampai jutaan, dan ditambah dengan efek radiasi bom yang diperkirakan butuh 50 tahun untuk menghilangkannya.

Ada satu pertanyaan mencengangkan yang ditanyakan oleh Kaisar Hirohito dihadapan para jenderalnya, yaitu:

“Berapa jumlah guru yang tersisa?”

Mengapa saat itu Kaisar tidak menanyakan berapa masyarakat yang masih tersisa?, berapa tentara atau jenderal yang masih tersisa?, atau bahkan berapa harta kekayaan negara yang masih tersisa?. Pertanyaan Kaisar Hirohito tentu telah mengejutkan dan mebuat banyak pihak tercengang, namun pertanyaan Kaisar ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya peran guru agar mereka bisa lepas dari kesengsaraan saat itu. Jepang tidak akan menjadi negara maju seperti saat ini juga tidak lepas dari peran seorang guru. Tanpa guru, mungkin Jepang saat ini masih terpuruk dan tidak menjadi negara yang ditakuti oleh negara lain. Kemajuan jepang tersebut adalah sebuah ilustrasi sederhana tetang pentingnya sosok seorang guru (itjen.kemdikbud.go.id).

Mari menilik dan menelaah peran guru Indonesia saat ini, saat kita terjebak di tengah pandemi. Pembelajaran tatap muka tidak bisa berlangsung karena sekolah-sekolah ditutup, siswa belajar dari rumah dengan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ), para siswa hanya belajar daring, baik belajar sendiri maupun ditemani oleh orang tuanya. Interaksi guru dan siswa menjadi terbatas dan pembelajaran terlihat menjadi kurang efektif.

Lalu, apakah sosok seorang guru masih penting dan berharga saat ini? Jawabannya tentu saja iya. Karena guru merupakan tonggak kemjuan bangsa dalam membentuk generasi unggulan yang mampu membawa bangsa ini melesat menjadi negara maju melalui generasi masyarakat unggulan.

Saat ini, guru-guru dituntut dan ditantang menjadi guru kreatif serta inovatif yang mampu menguasai teknologi untuk mempermudah penyampaian materi pembelajaran untuk siswa dan siswinya. Di lain sisi, guru-guru masih dilema dengan kemampuannya, apakah mereka bisa cepat beradaptasi dengan teknologi? Apakah siswa siswi mereka akan baik-baik saat melakukan PJJ atau apakah mereka akan menjadi malas belajar? Bagaimana guru mampu mentransfer nilai dan hikmah pada siswa siswi saat pembelajaran di tengah pandemi?.

Apakah dilema-dilema ini akan terus menjadi dilema? Ataukah dilema ini akan dilihat menjadi sebuah tantangan yang harus diselesaikan?

Nadiem Makarim dalam pidatonya di Hari Guru Nasional sangat mengapresiasi guru-guru Indonesia. Dalam petikan pidatonya:

“Dengan keyakinan agar anak-anak tetap bisa belajar, jutaan guru Indonesia ikut serta mengikuti webinar dan pelatihan. Guru-guru giat dan aktif mencari solusi terbaik demi berlangsungnya pembelajaran di era pandemi. Sikap-sikap positif, semangat pantang menyerah dan gotong royong adalah sebuah teladan untuk para penerus bangsa ini. Situasi pandemi dijadikan sebagai laboratorium bersama untuk menempa mental pantang menyerah dan mgmbangkan budaya inovasi. Saya mengajak semua pihak untuk melanjutkan kolaborasi yang telah terbentuk. Pandemi telah memberikan kita momentum dan pmbelajaran berharga untuk akselerasi penataan sistem pendidikan Indonesia untuk melakukan lompatan untuk membentuk SDM Unggul untuk Indonesia maju”.

Hari ini Rabu, 25 November 2020 diperingati sebagai Hari Guru Nasional yang ke-75 dengan tema “Bangkitkan Semangat, Wujudkan Merdeka Belajar”. Semoga momentum ini bisa dijadikan semangat bagi guru atau pendidik Indonesia, pembelajaran di era pandemi bukan lagi dilihat menjadi dilema melainkan harus dilihat sebagai tantangan. Mewujudkan merdeka belajar harus dibarengi dengan dukungan dari semua pihak. Sekolah, guru, dan siswanya punya kebebasan untuk berinovasi, kebebasan untuk belajar dengan mandiri dan kreatif.

Dengan inovasi, kreativitas dan sikap-sikap positif akan membangkitkan semangat guru-guru untuk mewujudkan merdeka belajar dan membentuk generasi unggulan.

“Hai orang-orang beriman, apabila dikatakan kepadamu, ‘berlapang-lapanglah dalam majlis’, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberikan kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, ‘berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,”

(QS. Al Mujadilah: 11)

Selamat Hari Guru Nasional untuk semua guru Indonesia. Semoga Allah selalu memberikan keberkahan untuk seluruh guru Indonesia dan keberkahan untuk kemajuan pendidikan Indonesia.