السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Khutbah Pertama
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ — اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ — اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ اِلَهِى الْوَاحِدِ الْمَعْبُوْدِ.وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سِرِّ حَيَاةِ الْوُجُوْدِ وَالسَّبَبِ الْاَعْظَمِ لِكُلِّ مَوْجُوْدٍ.صَلَاةً تُثَبِّتُ فِى قَلُوْبِنَا الْاِيْمَانِ وَتُحَفِّظُوْنَ الْقُرْآنِ وَتُفَهِّمُوْنَ مِنْهُ الْاَيَاتِ وَتَفْتَحُ لَنَا بِهَانُوْرَ الْجَنَّاتِ وَنُوْرَ الْنَّعِيْمِ وَنُوْرَ النَّظَرِ اِلٰى وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ. اَمَّا بَعْدُ .
فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَالله فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ (البقرة : ۱۸٦( وَقَالَ النَّبِيُّ ص.م : اِتَّقِ اللّٰهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَاَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. ) رواه الترمذي)
Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah Swt.
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah swt. Tuhan Yang Maha Esa. Diberikan dan dibekali kelebihan-kelebihan untuk dapat digunakan di dunia dan menggapai Akhirat semata-mata hanya untuk menyembah kepada Tuhan-Nya. Tetapi Bagaimana untuk menggapai dunia dan akhirat? Islam memberikan petunjuk kepada hamba-nya untuk dapat ditaati dan dilaksanakan. Setiap petunjuk dan larangan itulah akan membawa kita kepada kebaikan, keberkahan dan kemudharatannya. Oleh karenanya marilah kita senantiasa melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-nya. Salah satu diantara perintah Allah Swt. Yaitu keutamaan Silaturrahim ditengah Covid-19 melanda Indonesia dan Dunia.
Kata “silaturrahim” dan kata “silaturrahmi” memiliki makna yang berbeda, walau pun kedua kata itu berasal dari kata yang sama. Lantas, Dimanakah letak perbedaannya? Perbedaannya terdapat pada kedua kata tersebut. Yang pertama adalah Kata Shilat artinya “menyambung, menyambungkan.” Kata ini mengandung dua pengertian, yaitu “menyambung sesuatu yang belum pernah tersambung atau belum pernah bersambung, atau menyambung pertama kali,” dan yang kedua adalah “menyambung sesuatu yang pernah tersambung, lalu terputus, dan kini disambung kembali.” Ini berarti bahwa kata “shilat” itu dapat digunakan untuk konteks mana di antara dua konteks itu. Ini tergantung dari kondisi dan situasi Anda. Bisa berarti menyambung pertama kali atau menyambung kedua kalinya setelah terputus.
Kata “rahmi” dalam bahasa Indonesia adalah kata dasar dari kata kerja “rahima” berarti “menyayangi, merahmati, menolong, memperdayakan yang tidak berdaya.” Kalau Anda memiliki sifat rahmi kepada seseorang berarti Anda memiliki sifat kasih sayang, menyayangi, dan sifat membedayakan orang lain dengan bantuan Anda sehingga orang itu bisa berdaya. Hal itu semua atas kehendak Allah Swt. Karena Allah yang memiliki sufat rahmi (rahmat) terhadap hamba-hamba-Nya. Tidakkah kita selalu mengatakan pada saat kita merasa lemah dan tidak berdaya, kita selalu berkata dan berdoa, semoga rahmat Allah lalu dicurahkan kepada kita. Rahmat bagi kita semua yang telah diimplementasikan dan dibuktikan melalui sang kekasih Allah yaitu rasulullah Saw. yang dalam al-qur’an disebutkan وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ
Artinya: dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Q.s. al-Anbiya: 107)
Selanjutnya, Kata al-rahim (الرَّحِمُ), nama dari suatu tempat bersemayamnya janin (embrio manusia) yang terdapat di dalam kandungan ibu. Tempat inilah yang menyebabkan lahirnya kekerabatan di antara manusia yang hidup di alam ini. Tidak ada satu manusia pun yang lahir dan yang hidup di dunia ini yang tidak pernah berada di tempat itu. Semuanya pernah berada di tempat itu. Saya pernah di tempat itu. Adik-adik saya semuanya pernah di situ. Anda pernah di tempat itu dan adik-adik Anda semuanya pernah berada di situ. Di tempat itu (di dalam rahim itu), semua manusia memperoleh kasih sayang Allah yang luar biasa, yang tiada tara dan bandingannya. Tempat itu adalah tempat yang sangat sempit lagi tertutup, yang janin itu tidak mungkin hidup di dalamnya seandainya bukan karena rahmat dan kasih sayang Allah. Tidak ada satu pun yang tahu tentang seluk beluk keadaan yang ada di dalam rahim itu, kecuali penciptanya, yaitu Allah swt.
Dengan demikian bersilaturrahmi” berarti “menyambung tali kasih sayang, tali persahabatan, dan tali pertemanan, yang dibatasi oleh kondisi dan situasi tertentu.” Istilah kedua “bersilaturrahim” artinya “menyambung tali kasih sayang yang tidak terbatas oleh kondisi dan situasi antara satu orang dengan orang lain, sebagaimana jalinan kasih sayang yang tak terbatas yang terjadi antara janin yang ada di dalam rahim dengan ibu yang mengandungnya.” Kasih sayang dalam kategori ini tidak terbatas.
Allahu Akbar 3x
Saudara-saudaraku yang berbahagia.
Silaturahim termasuk ibadah kepada Allah Swt. Yang paling baik dan paling agung. Kedudukan silaturahim yang tinggi akan membawa berkah yang besar, serta manfaat di dunia dan akhirat. Oleh karena itu silaturahim merupakan kebutuhan secara fitrah dan social, yang dituntut oleh fitrah yang benar dan dicenderungi oleh tabiat yang selamat. Sesungguhnya sempurnalah dengannya kekerabatan, tersebar kasih sayang dengan perantaraannya dan rasa cinta.
Selain itu, silaturrahim memiliki banyak keutamaan. adapun keutamaan silaturahim dalam islam diantaranya:
- Merupakan konsekuensi iman kepada Allah SWT
Silaturahim adalah tanda-tanda seseorang beriman kepada Allah SWT. sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra ia berkata: Rasulullah saw bersabda:
” مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ, وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ “
Artinya: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maha hendaklah ia menyambung hubungan silaturahim”
- Dipanjangkan umurnya dan diluaskan rizqinya
Orang yang suka mengunjungi sanak saudaranya serta menjalin silaturhami akan dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya. Sebagaimana rasulullah Saw bersabda:
عَنْ اَنسٍ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : مَنْ اَحَبَّ اَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِيْ رِزْقِهِ اَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِيْ اَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ (رواه البخاري و مسلم)
Artinya : Dari Anas bin Malik R.A. berkata: Saya telah mendengar rasulullah Saw. bersabda: Barang Siapa yang ingin diluaskan rezeqinya atau dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menghubungkan tali persaudaraan (silaturahim). (HR. Bukhari dan Muslim).
- Terhubung dengan Allah SWT
Menyambung tali silaturahim sama dengan menyambung hubungan dengan Allah SWT. Oleh karenanya marilah kita jalin kasih dan hubungan tidak hanya kepada Allah Swt. Semata. Melainkan juga menjalin hubungan sesama manusia. inilah sebagai bentuk dari ibadah mahdah dan ghairu mahdah. Sebagai pelengkap komunikasi seseorang dengan penuh keyakinan dan ketaqwaan kepada sang pencipta.
- Penyebab Masuk surga dan dijauhkan dari neraka
Balasan orang yang menyambung tali silaturahmi adalah didekatkan dengan surga dan dijauhkan dari api neraka. Sebagaimana yang tertera dalam hadist berikut ini :
” تَعْبُدُ اللهَ وَلاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصِلُ الرَّحِمَ “
Artinya: “Engkau menyembah Allah swt dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung tali silaturahim” (HR Bukhari dan Muslim)
- Merupakan bentuk Ketaatan kepada Allah SWT
Menyambung tali silaturahim adalah salah satu hal yang diperintahkan oleh Allah SWT maka dengan menjalankan perintahnya maka kita taat kepada Allah SWT. Menjalin silaturahmi juga merupakan salah satu cara meningkatkan akhlak terpuji. Sebagaimana Allah swt berfirman:
وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَآأَمَرَ اللهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيَخشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الْحِسَابِ
Artinya: “dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk” (QS. Ar-Ra’d :21)
- Bersedekah terhadap keluarga sendiri tidak seperti sedekah terhadap orang lain
Mengunjungi sanak saudara dan bersedekah adalah salah satu perbuatan mulia dan memiliki faedah yang besar. demikian pula dengan hadits Zainab ats-Tsaqafiyah radhiyallahu ‘anha, istri Abdullah bin Mas’ud ra, ketika ia pergi dan bertanya kepada Nabi saw: Apakah boleh dia bersedekah kepada suaminya dan anak-anak yatim yang ada dalam asuhannya? Maka Nabi saw bersabda:
” لَهَا أَجْرَانِ: أَجْرُ الْقَرَابَةِ وَأَجْرُ الصَّدَقَةِ “
Artinya: “Untuknya dua pahala, pahala kekeluargaan dan pahala sedekah.” (HR Bukhari dan Muslim)
- Pahalanya seperti memerdekakan budak
Hal ini dianjurkan kepada setiap umat muslim sebagaimana yang dijelaskan dalam hadist dari Salman bin ‘Amir ra, dari Nabi saw beliau bersabda:
” الصَّدَقَةُ عَلَى الْمِسْكِيْنِ صَدَقَةٌ وَعَلَى ذِي الرَّحِمِ اثْنَتَانِ: صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ “
Artinya “Sedekah terhadap orang miskin adalah sedekah dan terhadap keluarga sendiri mendapat dua pahala: sedekah dan silaturahmi.” (HR Tirmidzi)
Allahu Akbar 3x
Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah Swt.
Sebagai manusia yang dhoif lemah tak berdaya kecuali atas daya dan upaya Allah Swt. Marilah kita bermunajat kepadanya dengan menjalin silaturahim dan memperbanyak istighfar disertai dengan meninggalkan perbuatan dosa menjadikan tanah menjadi subur, banyak keturunan, dan bertambahnya kemuliaan serta kekuatan. Seperti kisah Nabi Nuh memberikan nasihat kepada kaumnya, tercantum di dalam al-Qur`an yang artinya: “maka aku katakan kepada mereka, mohon ampun kepada Rabbmu, sesungguhnya dia adalah maha pengampun”. “niscaya dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat”. “dan membanyakkan harta dan anak-anakmu serta mengadakan untukmu kebun-kebun, dan mengadakan pula untukmu sungai-sungai.” (Qs. Nuh 10-12).
Keimanan akan mendatangkan rahmat bagi hambanya, adapun istighfar akan mendatangkan berkah dalam agama dan dunia. Di dalam hadits disebutkan “ Barang siapa melazimi istighfar, maka Allah akan memberikan jalan keluar dari kesulitan, dan rezeki yang tidak disangka-sangka”.
Diantara berkah yang paling besar dari istighfar adalah turunnya rahmat dari Allah, rezeki yang berkah, kebaikan yang melimpah, dan Allah juga akan memberikan harta anak-anak dan diampuninya dosa-dosa. Allah juga akan memberikan kekuatan, ketepatan, dan petunjuk. Di dalam hadits disebutkan:
مَا مِنْ رَجُلٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا فَيَتَوَضَّأُ فَيُحْسِنُ اْلوُضُوْءَ, ثُمَّ يُصَلِّيْ رَكْعَتَيْنِ, فَيَسْتَغْفِرُ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ اِلاَّ غُفِرَ لَهُ
“ tidaklah seseorang yang berbuat dosa, kemudian ia berwudhu dengan sebaik-baik wudhu, kemudian shalat dua rakaat, dan memohon ampun kepada Allah Swt. Niscaya Allah akan mengampuninya”.
Berkah lain dari istighfar adalah Allah akan memperluas rezeki dan memberikan kehidupan yang makmur bagi orang-orang yang selalu beristighfar. Selain itu, Allah juga tidak akan menyegerakan azab seperti telah dialami oleh umat yang selalu membangkang dan berada dalam kekufuran. Oleh karena itu, Allah mengingatkan agar menghindari syirik.
Dalam penjelasan ayat tentang dakwahnya Nabi Nuh, mereka diperintahkan untuk beristighfar kepada Allah yang maha perkasa, karena dia Maha pengampun, menutup aib, menerima siapa saja yang bertobat, dan menyayangi siapa saja yang kembali kepada-Nya. Istighfar disini mencakup tauhid dan tobat.
Sejatinya, kita diperintahkan untuk saling mengingatkan, mengarahkan saudara-saudara kita untuk melakukan hal-hal yang baik tentunya. Pada momen inilah kita berada pada bulan suci Ramadhan yang diakhiri dan digapai dengan kesenangan kembali fitri pada hari raya Idul Fitri, bulan penuh rahmat, ampunan dan dijauhkan dari siksa api neraka. mari kita rajut kembali, kualitas ibadah kita sebagai tanda bentuk mempererat ukhuwah insaniah, ukhuwah islamiyah, dan ukhuwah wathaniah. Menyayangi sesama dan melindungi sesama tanpa membedakan dan melihat suku, budaya, dan ras. “Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”. Semboyan ini yang patut diingat, tidak hanya untuk sekarang melainkan seterusnya diingat dan digunakan melalui sarana silaturahim.
Setiap orang harus menjaga hubungan baik antara dirinya dan orang lain di lingkungannya. Hubungan baik dengan sesama akan melahirkan kondisi yang baik dan damai dalam lingkungan kehidupan manusia. orang yang menjaga hubungan baik dengan tetangganya, tetangganya akan baik juga kepadanya. Oleh karenanya mari kita hormati perbedaan wujudkan persaudaraan tingkatkan solidaritas menuju Indonesia bersatu. Yang tertera dalam Pancasila yaitu sila ke 3 Persatuan Indonesia.
Ada 3 cara yang dapat dilakukan untuk menjaga hubungan yang baik dengan sesama, yaitu:
- Menyayanginya (rahmatan lil ghair) yaitu, membantunya pada saat dia membutuhkan bantuan kita.
- Memuliakannya (takrimun lil ghair) yaitu, tanpa mengenal posisi, kedudukan, dan derajatnya. Kita harus memuliakan siapa saja dalam kehidupan ini.
- Berbaik sangka kepadanya (husnuzh zhan lil ghair) yaitu, memandang bahwa orang lain itu baik. Dan jauhi Su’uzh zhan yang ada di dalam hati melahirkan sikap iri, dengki, dan semacamnya.
Hal inilah antara lain disebutkan di dalam Qs. Ali Imran ayat 103 Allah berfirman: وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ ۚ وَٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِۦٓ إِخْوَٰنًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمْ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Ayat tersebut, seirama dengan salah satu hadits riwayat tirmidzi dari Abdullah Ibn Umar, Rasulullah Saw menyatakan “ Orang-orang yang penyayang, pengasih, disayangi, dikasihi Allah. Sayangilah mereka yang ada di bumi agar engkau disayangi oleh yang ada di langit. Rahim (hubungan persaudaraan itu) merupakan salah satu cabang yang bersumber dari Allah. Siapa yang menyambungnya maka Allah akan menyambungnya, dan siapa yang memutuskannya maka Allah akan memutuskannya pula. (HR. Tirmidzi).
Menjaga silaturahim banyak sekali caranya dapat dilakukan dengan bentuk sikap atau pun perkataan semisal : dengan mengucapkan salam, memberi hadiah, bicara santun, bersikap ramah, berbuat baik dan membantu kesulitan.
Bila berjauhan tempat, maka dapat dilakukan dengan mengirim surat, sms, tweet, facebook, whatsapp, zoom.us, google meet, menelpon, dan lain-lain. Ini cara dalam konteks modern. Tetapi yang terbaik adalah berkunjung dan bertemu muka.
Allahu Akbar 3X
Saudara-saudaraku yang berbahagia…
Diakhir khutbah ini, marilah kita sejenak merefleksikan diri, sudahkah kita terus berusaha berbuat dan berusaha menjadi yang terbaik bagi diri, keluarga dan orang lain? Sudahkah kita menyadari dan mengakui laku perbuatan yang telah kita lakukan? Sudahkah kita menjunjung tinggi solidaritas kekerabatan, walau hilir mudik banyak orang masih tak acuh akan pentingnya menjalin kekerabatan ini? Sudahkan kita berperan dan berkontribusi aktif dalam memutus mata rantai Covid-19?
Dengan demikian, jadikan hari raya idul fitri ini sebagai momentum kegembiraan, dan kebahagiaan. Hampir semua orang bergembira ria, wajah-wajah begitu ceria. Semua orang laki-laki, perempuan, tua muda, dan anak-anak mengenakan baju baru dan ramai-ramai membuat atau membeli dan makan ketupat. Ini mengekspresikan kegembiraan, sebuah suasana hati yang lepas dari rasa lapar dan dahaga di siang hari selama satu bulan dan hadir kembali serasa sebagai manusia baru. terus berusaha memperbaiki diri, menata diri, menghiasi diri dengan berdzikir dan bersilaturahim, tanpa melihat suku, budaya, dan ras. Dan tidak hanya pada hari raya ini saja (bulan ramadhan), melainkan berlaku untuk bulan-bulan yang lainnya. Oleh karenanya kita harus tau siapa yang menciptakan kita, Siapa saya, dari mana saya, dan mau kemana saya. Tiga Ungkapan inilah yang patut direnungkan. Sebagai muhasabah diri untuk terhindar dari sifat yang Su’uzh zhan. dari Abu Muhammad Jubair bin Muth’im ra, dari Nabi saw beliau bersabda:
” لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ “
“Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan (silaturahmi)” (HR Bukhari dan Muslim)
Semoga silaturahim ini dapat membawa kepada perdamaian dan persatuan serta terhindar dari perpecahan dan menerima perbedaan yang konstruktif. Sehingga Semakin Tinggi bertoleransi yang benar, semakin rendah kegagalan dalam berbangsa dan bernegara. Walau sekarang ini kita semua Indonesia dan Dunia sedang diberikan ujian dan cobaan dengan dihadirkannya musibah berupa Corona Virus Dieses–Covid-19. Mudah-mudahan musibah ini dapat menjadikan sebuah ikhtiar bagi kita semua untuk tetap bersyukur dan memahami bahwa ini merupakan sebagian bentuk kecintaan Allah Swt. kepada hamba-hamba-Nya. Diharapkan bagi kita semua, untuk turut serta berupaya menaati dan melaksanakan protokol kesehatan sebagai prosedur mencegah terjadinya penuluran Corona Virus Dieses-Covid-19. dan bentuk kepedulian dan kebajikan dari menjaga tujuan pokok beragama yaitu al-Dharuriyat al-Khams; lima perkara mendesak pada kehidupan manusia. seperti memelihara agama, jiwa, keturunan, akal dan harta.
Tetap semangat, tingkatkan kualitas ibadah kita. tidak ada tirai penghalang bagi seorang hamba untuk berkomunikasi dengan Tuhan-Nya apalagi dengan sesama makhluk ciptaan-Nya. Wabah ini sebuah anugerah bagi kita semua tidak ada alasan untuk tidak dapat mempererat persatuan dan persaudaraan kita. karena sesungguhnya Allah Swt. menyayangi setiap hamba-hamba-Nya, kecuali hambanya sendiri yang menjauh dari-Nya.
Saudara-saudaraku yang dicintai Allah, Demikian khutbah yang singkat ini. Mudah-mudahan kita semua menjadi orang yang muttaqin.
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْمِ وَجَعَلَنَا اَللهُ مِنَ اْلعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ, وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
Khutbah II
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اَللهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ المَيَامِيْنَ، وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. أما بعد.
فَأُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَاتَّقُوا اللَّهَ تَعَالَى فِي هَذَا الْيَوْمِ الْعَظِيمِ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى تَمَامِ الصِّيَامِ وَالْقِيَامِ، وَأَتْبِعُوا رَمَضَانَ بِصِيَامِ سِتٍّ مِنْ شَوَّالٍ، لِيَكُونَ لَكُمْ كَصِيَامِ الدَّهْرِ وَصَلِّ اللهُمَّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا أَمَرْتَنَا، فَقُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَارْضَ اللهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ، أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الصَّالحينَ،
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ، اللهُمَّ اجْعَلْ عِيدَنَا هَذَا سَعَادَةً وَتَلاَحُمًا، وَمَسَرَّةً وَتَرَاحُمًا، وَزِدْنَا فِيهِ طُمَأْنِينَةً وَأُلْفَةً، وَهَنَاءً وَمَحَبَّةً، وَأَعِدْهُ عَلَيْنَا بِالْخَيْرِ وَالرَّحَمَاتِ، وَالْيُمْنِ وَالْبَرَكَاتِ، اللهُمَّ اجْعَلِ الْمَوَدَّةَ شِيمَتَنَا، وَبَذْلَ الْخَيْرِ لِلنَّاسِ دَأْبَنَا، اللهُمَّ أَدِمِ السَّعَادَةَ عَلَى وَطَنِنَا، وَانْشُرِ الْبَهْجَةَ فِي بُيُوتِنَا، وَاحْفَظْنَا فِي أَهْلِينَا وَأَرْحَامِنَا، وَأَكْرِمْنَا بِكَرَمِكَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ، يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ.
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ، وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، عِيْدٌ سَعِيْدٌ وَكُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ.
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Ditulis oleh Nana Meily Nurdiansyah, M.Pd. (Mahasiswa PKU MUI-Baznas Syarif Hidayatullah Jakarta dan Dosen Institut Daarul Qur`an Tangerang)