Scroll Top
19th Ave New York, NY 95822, USA

Hidup Selamat dengan Menjaga Lisan

Ditulis oleh Hisyam Asyiqin, S,Sy. M.H. selaku dosen Hukum Ekonomi Syariah (HES) Institut Daarul Qur’an.

Ada beberapa hal yang harus kita jaga dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Pertama, yang harus kita jaga adalah perbuatan kita, artinya kita harus menjaga setiap apa yang kita perbuat. kedua, yang harus kita jaga adalah lisan kita, dalam arti kita harus menjaga setiap perkataan yang kita ucapkan.

Dari kedua hal tersebut, hal yang sangat penting untuk dijaga adalah lisan kita, bukan berarti perbuatan tidak penting untuk dijaga, akan tetapi sebagai contoh ketika seseorang menyakiti orang lain dengan perbuatannya, maka jelas terlihat dengan fisik yang disakiti dan bisa diobati, tetapi ketika sesorang menyakiti dengan lisan, ia tidak terlihat secara fisik dimana yang disakitinya, karena yang sakit ada di hati dan tidak terlihat secara fisik, maka dari itu lisan sangat penting untuk dijaga.

Mengapa lisan sangat penting untuk dijaga? Karena ada sebuah maqolah/perkataan سلامة الإنسان في حفظ اللسان yang berarti “Keselamatan manusia itu terdapat pada ia menjaga lisannya”. Ini menandakan ketika seseorang mampu menjaga lisannya dari perkataan yang tidak baik, maka ia akan selamat baik hidup di dunia maupun di akhirat, dan sebaliknya ketika seseorang tidak mampu menjaga lisannya dari perkataan yang tidak baik, maka hidup ia tidak akan selamat, baik hidup di dunia maupun hidup di akhirat.

Selain itu, Nabi Muhammad SAW bersabda :

من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرًا أو ليصْمُت

Yang artinya : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaknya katakanlah perkataan yang baik, atau lebih baik diam”. Hadis ini mengajarkan kepada kita bahwa ketika kita memiliki iman yang kuat kepada Allah dan Hari Akhir, maka kita selalu berkata dengan perkataan yang baik-baik, dan ketika tidak ada perkataan yang baik Rasullullah SAW menganjurkan lebih baik diam daripada mengatakan perkataan yang tidak baik.

Mengingat Indonesia adalah Negara Hukum, dimana setiap tingkah laku perbuatan dan perkataan kita diatur berdasarkan undang-undang, dalam hal tentang menjaga lisan pun sudah diatur dalam Pasal 315 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, bahwa “ Tiap-tiap penghinaan dengan sengaja yang tidak bersifat pencemaran atau pencemaran tertulis yang dilakukan terhadap seseorang, baik di muka umum dengan lisan atau tulisan, maupun di muka orang itu sendiri dengan lisan atau perbuatan, atau dengan surat yang dikirimkan atau diterimakan kepadanya, diancam karena penghinaan ringan dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda paling banyakempatribu lima ratus rupiah.

Maka dari itu penulis mengajak kepada para pembaca untuk menjaga lisan kita, dengan cara tidak menjelek-jelakan orang lain, tidak menyakiti perasaan orang lain, tidak melakukan body shaming kepada orang lain, dan tidak menghina orang lain. Karena orang yang menghina belum tentu ia mulia di hadapan Allah, dan orang yang dihina belum tentu ia hina di hadapan Allah, justru bisa sebaliknya, bisa jadi orang yang menghina ia benar-benar hina dihadapan Allah, dan orang yang dihina ia menjadi mulia di hadapan Allah.

Karena tolak ukur kemuliaan seseorang di hadapan Allah SWT bukan dilihat dari fisik, bukan orang yang paling sempurna penampilannya, bukan orang yang paling ganteng, bukan orang yang paling cantik, akan tetapi tolak ukur kemuliaan seseorang dapat dilihat dari ketakwaan ia kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat Al-Hujurat Ayat 13:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ 

“wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.”

Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa Allah menciptakan manusia dari dua jenis golongan, yakni golongan laki-laki dan gologan perempuan, dan Allah SWT menjadikan kita hidup berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, dimana setiap golongan, setiap bangsa, setiap suku memiliki perbedaan dan memiliki karakter masing-masing. Ada yang berkulit hitam dan ada yang berkulit putih, ada yang berbadan tinggi dan ada yang berbadan pendek, ada yang berpostur tubuh gemuk dan ada yang berpostur kurus. Akan tetapi tujuan Allah menciptakan perbedaan bukan untuk saling menghina satu sama lain, melainkan tujuannya adalah untuk kita saling mengenal dengan perbedaan yang ada di diri kita masing-masing.

Ayat tersebut juga menjelaskan bahwa orang yang paling mulia itu bukan orang yang paling sempurna fisiknya, tetapi orang yang paling mulia ialah orang yang paling bertakwa, yang selalu menjalankan apa yang Allah perintahkan dan selalu meninggalkan apa yang Allah larang. Hal ini menjelaskan kepada kita bahwa Allah tidak melihat bentuk fisik kita seperti apa, yang Allah lihat adalah ketakwaan kita dan keimanan kita kepada Allah SWT. Maka dari itu jagalah lisan kita, karena setiap yang kita ucapkan akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat nanti.