
Dr. M. Anwar Sani, S.Sos.I., M.E.
Rektor Institut Daarul Qur’an
Secara umum kita mengenal pepatah, “tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.” Ini benar. Karena memberi memang lebih mulia daripada menerima. Namun, dalam praktiknya, ada satu bentuk pemberian yang lebih halus, lebih dalam, dan lebih luhur: memberi dengan tangan di bawah.
Apa maksudnya?
Secara fisik, tangan yang memberi biasanya berada di atas, sementara tangan yang menerima ada di bawah. Tapi mari kita bayangkan sebaliknya. Yang memberi merendahkan tangannya, dan yang menerima menerimanya dari atas. Ini bukan semata gestur, tapi cermin dari sikap hati.
Ini adalah ikhtiar untuk menjaga diri dari sifat sombong, dan pada saat yang sama bentuk penghormatan kepada yang menerima. Kita tidak sedang merasa lebih tinggi karena memberi. Kita tidak ingin ada rasa rendah diri bagi yang menerima. Justru kita hadir sebagai sesama manusia yang saling menolong, bukan yang satu merasa mulia dan yang lain merasa hina.
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
“Tidak akan berkurang harta karena sedekah, tidaklah seseorang memaafkan melainkan Allah akan menambah kemuliaannya, dan tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.”
(HR. Muslim)
Memberi dengan tangan di bawah adalah latihan batin. Kita belajar untuk tidak melihat orang lain dari posisinya. Kita tidak sedang ingin dilihat, dipuji, apalagi dihormati. Kita hanya ingin kebaikan sampai, tanpa menyisakan rasa sakit atau malu di hati orang yang dibantu.
Inilah bagian dari akhlak mulia. Akhlak yang tak sekadar memberi, tapi tahu bagaimana cara memberi. Akhlak yang tidak hanya berhenti pada amal, tapi juga menumbuhkan rasa hormat dan cinta sesama.
Semoga kita semua diberi hati yang lembut dalam memberi, tangan yang ringan untuk membantu, dan sikap yang rendah hati saat berbuat baik. Karena di hadapan Allah, bukan seberapa banyak yang kita beri yang menjadi ukuran, tapi seberapa tulus, ikhlas, dan rendah hati kita dalam memberikannya.